Labels

Hendi Rusli's Blog Founded on October, 2008

Thursday, July 22, 2010

MENGENAL REMAJA


Usia remaja merupakan salah satu tahap yang harus dilewati dalam kehidupan manusia. Tahap ini adalah tahap kritis, di mana terjadi transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Keinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari keluarga serta lingkungan masyarakat menjadi
hal yang penting dalam kehidupan remaja.

Remaja sering kali sibuk dengan dirinya sendiri, yang tidak mudah dimengerti dan diterima oleh orang dewasa. Kadang-kadang dia dipandang sebagai orang dewasa, tetapi lain waktu ia dianggap sebagai anak yang masih ingusan. Hubungan dengan temannya tidak menentu, ada kalanya akrab ada kalanya bermusuhan. Mungkin pada suatu ketika ia cinta dan bangga terhadap dirinya, tetapi lain kali ia merasa malu dan benci terhadap dirinya.

Kondisi emosi yang labil membuat anak-anak remaja melakukan hal-hal yang di luar etika dan aturan. Tidak jarang perkelahian antar remaja terjadi, namun tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian dapat meningkat menjadi permusuhan kelompok, yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak. Anak-anak remaja juga sering terjerumus dalam pergaulan bebas dan obat-obat terlarang.


Remaja dalam Keluarga

Penentuan seseorang telah remaja atau belum dalam suatu keluarga sangat ditentukan oleh kondisi anggota keluarga. Penentuan seseorang dianggap remaja atau anak-anak di dalam suatu keluarga sangat tergantung pada pengetahuan orang tua, cara pandang orang tua terhadap sesuatu dan juga pemahaman orang tua terhadap anaknya. Banyak orang tua yang tidak mengerti usia remaja itu seperti apa dan bagaimana, bahkan ada seorang anak yang sudah mencapai usia remaja, namun masih dianggap sebagai anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan pendapatnya tidak perlu dipertimbangkan. Hal inilah yang mungkin dapat menimbulkan masalah, yaitu ketidakstabilan hubungan mereka. Oleh karena itu orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang siapakah remaja itu, apa yang dibutuhkannya, bagaimana orang tua harus bersikap, dan apakah sifat-sifat yang ditimbulkan oleh anak pada usia remaja tersebut.

Dari uraian di atas jelas bahwa pengakuan remaja dalam suatu rumah tangga sangat tergantung pada sejauh mana orang tua remaja tersebut dapat memahami mereka sebagai anak-anak yang akan tumbuh menjadi dewasa.

Remaja Dalam Masyarakat

Penentuan seseorang telah remaja dapat juga ditentukan dari penerimaan masyarakat terhadap remaja tersebut. Masyarakat yang paling sederhana yang masih hidup secara alamiah, seperti bertani, menangkap ikan, dan sebagainya, mereka tidak mengenal masa remaja. Tidak ada batas umur yang jelas antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Begitu tubuh si anak besar dan kuat, mereka dianggap telah mampu melakukan pekerjaan seperti yang telah dilakukan orang dewasa, maka mereka dapat dikatakan sebagai remaja/pemuda. Maka saat itulah mereka diterima dalam lingkungannya, pendapatnya didengar dan diperhatikan - mereka sudah terlatih untuk memikul tanggung jawab keluarga. Jadi jelas bahwa tahapan kehidupan dikalangan masyarakat sederhana sangat tergantung oleh tenaga fisik dan keterampilan yang dimiliki, sehingga pada tahapan remajapun dapat dikatakan sudah dewasa asalkan sudah mampu bekerja dan bisa memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga.

Sementara itu untuk masyarakat desa yang agak maju, dikenal remaja dengan berbagai istilah yang menunjukan adanya kelompok umur yang tidak termasuk kanak-kanak dan tidak pula dewasa, misalnya jaka-dara, bujang-gadis. Masa berlangsungnya sebutan tersebut biasanya tidak lama, kira-kira sesuai dengan umur remaja awal (sekitar umur 13 tahun atau baligh/puber), sampai pertumbuhan fisik mencapai kematangan sekitar umur 16-17 tahun.
Lain halnya dengan masyarakat maju. Remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap belum sanggup bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka harus lebih menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian.

Remaja dalam Hukum dan Perundang-undangan

Dalam pemilihan umum seseorang baru dianggap sah sebagai calon pemilih bila mereka telah berumur 17 tahun. Untuk memperoleh surat ijin mengemudi (SIM) seeorang harus berumur minimal 18 tahun. Dan apabila seseorang melakukan tindakan pidana, seperti mencuri, merampok, sedang usianya masih dibawah 18 tahun, maka apabila dijatuhi hukuman tidak dimasukan kedalam penjara, melainkan dititipkan ditempat yang telah disediakan untuk menampung mereka selama menjalani hukuman dan mereka tetap diberi kesempatan untuk pergi ke sekolah. Apabila umur mereka telah mencapai 18 tahun, mereka telah dipandang dewasa dan harus menjalani hukuman sebagai orang dewasa, dipenjarakan dan sebagainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja awal, sekitar umur 13-17 tahun masih dalam hukum dan perundang-undangan dianggap sebagai orang yang belum dewasa dan masih harus dibimbing sehingga jika ia kedapatan melakukan pelanggaran tidak diberi hukuman selayaknya orang dewasa, sedangkan untuk remaja akhir, sekitar umur 18-21 tahun dalam hukum dan perundang-undangan telah diakui sebagai orang dewasa.

Pertumbuhan Biologis dan Psikologis Remaja

a. Dimensi Biologis

Secara umum usia remaja berkisar antara 13-19 tahun tetapi ada juga ahli yang mengatakan antara 13-21, dan pada usia tersebut manusia mengalami banyak perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis yang dialami oleh laki-aki maupun perempuan.
Perubahan fisik yang dialami oleh remaja putra pada usia tersebut antara lain bahunya akan semakin membesar dan ototnya semakin berkembang, suaranya mulai membesar dan agak serak, badan meninggi, produksi hormon mulai meningkat, tumbuh bulu-bulu di tempat tertentu (ketiak, sekitar kelamin, kumis, jenggot, jambang, dan lainnya), rambutnya pun mulai berminyak dan yang aneh adalah akan mengalami mimpi indah atau yang dikenal “mimpi basah.” Untuk wanita perubahan fisiknya yaitu pinggulnya sudah mulai membesar, mulai muncul haid atau menstruasi (proses gugurnya sel telur wanita karena sel telur yang matang tidak dibuahi), buah dada semakin membesar, wajahnya mulai bertambah halus dan cantik, hal ini diikuti dengan keinginan untuk mulai berdandan dan suaranya pun berubah semakin merdu.

Hal tersebut diatas terjadi karena remaja mengalami masa pubertas, dimana pada masa ini hormon (gonadotrophins) seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua macam pertumbuhan, yaitu:

Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Luteinizing Hormone (LH)

Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone (dua jenis hormon wanita). Pada anak laki-laki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating (ICSH) merangsang pertumbuhan testoteron. Pertumbuhan yang semakin cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seseorang baik laki-laki maupun perempuan.

b. Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Dari hasil penelitian di Chicago, AS menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan waktu hanya 45 menit untuk merubah dari mood “senang luar biasa” menjadi “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan waktu beberapa jam untuk melakukan hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah atau kegiatan sehari-hari di rumah.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat peka terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain selalu mengagumi dan selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi dan mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat para remaja selalu memperhatikan dirinya dan citra yang direfleksikan (self-image) dan Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik.

Remaja putri selalu bersolek berjam-jam di depan cermin karena mereka percaya orang akan memperhatikan kecantikannya, sedangkan remaja putra akan membayangkan bahwa ia akan dikagumi oleh lawan jenisnya jika ia terlihat hebat dan unik. Pada usia 16 tahun keatas, keeksentrikan remaja akan berkurang jika ia dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, remaja akan mulai sadar bahwa orang lain memiliki dunia sendiri dan tidak selalu sama dengan dunia mereka apa yang dihadapi dan dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan orang lain, kemudian menjadi tidak mendasar. Pada saat itulah remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan imajinasi dan angan-angan mereka dengan kenyataan.

Para remaja sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum memperhitungkan akibat jangka pendek dan jangka panjangnya. Remaja yang punya kesempatan untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka, maka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri dan mampu bertanggung jawad. Rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh mereka sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai seseorang yang membutuhkan nasehat dan berbagai cara akan dicari olehnya.

Salah satu topik yang paling sering dipertanyakan oleh individu pada masa remaja adalah masalah “Siapakah saya” pertanyaan itu sah dan normal adanya karena pada masa ini kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai berkembang mengalami banyak sekali perubahan. Remaja mulai merasakan bahwa dirinya berbeda dengan orang tuanya dan memang ada remaja yang ingin merasa berbeda. Inipun hal yang normal karena remaja dihadapkan dengan banyak pilihan, karenanya tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah dan selalu ingin mencoba, baik dalam peran sosial maupun dalam perbuatan. Contoh: anak seorang insinyur bisa saja ingin menjadi seorang dokter karena tidak mau melanjutkan atau mengikuti jejak ayahnya. Ia akan mencari idola seorang dokter yang sukses dan berusaha menyerupainya dalam tingkah laku. Bila ia merasakan peran itu kurang sesuai, remaja akan dengan cepat mengganti peran lain yang dirasakannya lebih sesuai. Begitu seterusnya sampai ia menemukan peran yang ia rasakan sangat pas dengan dirinya. Proses mencoba peran ini merupakan suatu pembentukan jati diri yang sehat dan juga sangat normal. Tujuannya sangat sederhana; ia ingin menemukan jati diri atau identitas dirinya.

Banyak orang tua khawatir bahwa percobaan peran ini menjadi berbahaya, kekhawatiran itu memang memiliki dasar yang kuat karena dalam proses percobaan ini orang tua tidak dilibatkan. Para remaja takut, apabila orang tua mereka dilibatkan, mereka tidak menyetujui, tidak menyenangi atau malah menjadi sangat khawatir. Orang tua menjadi kehilangan pegangan karena mereka tiba-tiba tidak lagi memiliki control terhadap anak remaja mereka. Pada saat inilah kehilangan komunikasi antara orang tua dengan remaja mulai terlihat. Orang tua remaja mulai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda sehingga kesalahpahaman sangat mungkin terjadi.

Salah satu upaya lain bagi orang tua untuk megetahui diri remaja adalah melalui tes-tes psikologis atau yang lebih dikenal dengan tes minat dan bakat. Tes tersebut menyangkut tes kepribadian, tes intelegensi dan tes minat. Walau terlihat sederhana, dampak dari hasil tes tersebut sangat luas. Tes psikologi dapat diibaratkan sebuah pisau lipat yang terlihat sekilas tidak berbahaya; namun di tangan orang yang bukan ahlinya atau yang kurang bertanggung jawab, alat ini akan menjadi sangat berbahaya. Alat tes tersebut diinterpretasikan secara salah atau secara tidak menyeluruh oleh orang yang kurang berpengalaman atau tidak memiliki dasar ilmu yang cukup sehingga membawa dampak yang negatif. Akibatnya, para remaja akan merasa lebih bingung dan merasa tidak yakin akan hasil tes tersebut. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk mencari psikolog yang memang sudah terbiasa memberikan tes psikologi sehingga dapat menjamin obyektivitas tes tersebut.

Satu hal yang perlu diingat adalah hasil tes psikologi untuk remaja sebaiknya jangan ditelan mentah-mentah atau dijadikan patokan yang baku, mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang sangat erat dengan perubahan. Alat tes ini tidak semestinya dijadikan buku primbon atau acuan baku dalam penentuan langkah menuju masa depan, misalnya dalam mencari sekolah atau mencari karir. Seringkali, seiring dengan perkembangan remaja dan perubahan lingkungan disekitarnya, konklusi yang diterima dari hasil tes bisa berubah dan menjadi tidak relevan lagi.

Sehubungan dengan explorasi diri melalui internet atau media massa, remaja hendaknya berhati-hati dalam menginterprestasikan hasil-hasil yang diterima dari tes-tes psikologi online melalui internet. Harap diingat bahwa banyak diantara tes tersebut yang masih sebatas uji coba dan belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu dibutuhkan kejujuran untuk mampu menerima diri apa adanya, sehingga remaja tidak mengembangkan identitas virtual yang berbeda dengan hal yang asli.


Sumber Bacaan

Daradjat, Zakiah Prof. Dr. Hj. 1993. Remaja, Harapan dan Tantangan. Jakarta:
CV. Ruhama.

Kesler, jay. 1978. To Big to Spank. California: Published by Regal Books Ventura.

Perkembangan Psikologis Remaja Putri. Majalah Gadis. Hlm.16. Jakarta:
20 April 2001.

Purwoko, Yudho. 2001. Memecahkan Masalah Remaja. Bandung:
Yayasan Nuansa Cendikia.

“Relief”. Ensiklopedi Indonesia Jilid 5. hlm. 2878. Jakarta:
ICHTISAB Baru-Van Hoeve. 1984.

Sandels, Bill. 1987. Almost Everything Teens want Parents to Know. New Jersey:
The Fleming H. Revell Company.

Setiono, lilly H. Team e-psikologi. Beberapa Permasalahan Remaja. http//www.
e-psikologi.com/remaja/130802.htm. Jakarta: 2002.

Tempo [Jakarta] 29 Maret, 2002.