Labels

Hendi Rusli's Blog Founded on October, 2008

Thursday, April 30, 2009

EKSEGESE YEHEZKIEL 11:1-13


Kitab Yehezkiel merupakan salah satu kitab yang unik dalam Perjanjian Lama. Selain tata bahasa yang digunakannya sangat baik, dimana para ahli menyebutnya "indah", "tinggi", "ringkas & tepat", kitab ini juga banyak menggunakan gambaran dan bahasa yang bersifat eskatologis (bersifat nubuat untuk hal-hal yang akan datang). Kitab ini cukup banyak dikutip, baik langsung maupun tidak langsung, dalam Perjanjian Baru (65 kali), yang terbanyak adalah dalam Kitab Wahyu (48 kali)[2]. Mengenai periodenya, kitab Yehezkiel termasuk ke dalam periode nabi-nabi kemudian, dalam masa pembuangan dan setelah pembuangan.


Pada Yehezkiel pasal 11:1-13 yang akan menjadi pembahasan berikut, Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul “Pemimpin-pemimpin Israel Dihukum”. Namun, para ahli tidak sepakat mengenai judul yang diberikan pada Yehezkiel pasal 11:1-13. Peter C. Craigie misalnya, memberi judul “Kematian di Gerbang Bait Suci”, Daniel I. Block memberi judul “Sebuah Periuk dari yang Bersusah Hati” dan masih banyak lagi dari para ahli yang memberi judul yang berbeda. Namun, dalam pembahasan ini, penulis setuju dengan judul yang diberikan oleh LAI. Hal tersebut dikarenakan dalam perikop ini memang berbicara tentang hukuman Allah kepada para pemimpin Israel yang telah menyimpang dari ketetapan Tuhan.

Latar Belakang

Konteks Luas (dalam kanon)[3]
Jika dilihat dari konteks kanon, kitab Yehezkiel diterima dalam pengkanonan Ibrani sebagai kumpulan kitab-kitab suci. Pengkanonan ini yang kemudian disebut sebagai Kitab Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke dalam berbagai terjemahan, seperti Targum, Septuaginta, Vulgata dan terjemahan-terjemahan lainnya. Adapun kitab nabi Yehezkiel digolongkan ke dalam kitab nabi-nabi (Nebiim). Kitab nabi Yehezkiel termasuk ke dalam nabi-nabi yang kemudian, yaitu sebagai nabi-nabi besar. Kitab nabi-nabi ini mulai disusun dalam pembuangan sampai masa setelah pembuangan. Dan justru kitab-kitab nabi-nabi inilah yang memberitahukan runtuhnya Yerusalem serta yang nubuat-nubuatnya kesampaian. Ketiga nabi-nabi besar dan dua belas nabi-nabi kecil, diperkirakan telah dibukukan sebelum tahun 200 SM.

Konteks Terbatas (Penulis)[4]
Kitab Yehezkiel ditulis oleh Yehezkiel sendiri.[5] Latar belakang sejarah Kitab Yehezkiel ialah Babel pada tahun-tahun awal pembuangan (593-571 SM). Nebukadnezar telah membawa tawanan orang Yahudi dari Yerusalem ke Babel dalam tiga tahap:

Ø Pada tahun 605 SM, pemuda-pemuda Yahudi pilihan dibawa ke Babel, antara lain Daniel dan ketiga sahabatnya.
Ø Pada tahun 597 SM, 10.000 tawanan dibawa ke Babel, di antaranya Yehezkiel.
Ø Pada tahun 586 SM, pasukan Nebukadnezar telah membinasakan kota dan Bait Sucinya, lalu membawa sebagian besar orang yang tidak terbunuh ke Babel.

Pelayanan Yehezkiel sebagai nabi terjadi pada masa sejarah PL yang paling gelap: tujuh tahun sebelum kebinasaan itu pada tahun 586 SM (593-586 SM) dan 15 tahun setelah kebinasaan itu (586-571 SM). Kitab ini mungkin selesai sekitar tahun 570 SM. Jadi masa penulisan kitab Yehezkiel dapat diperkirakan terjadi antara tahun 590-570 SM.
Pada masa pembuangan Babel itu, kenabian Israel mengalami perubahan besar. Nabi Yehezkiel dan Deutro-Yesaya merupakan tokoh besar yang mengubah kenabian Israel menjadi gejala kesusasteraan. Bukan hanya itu, nabi Yehezkiel menjadi nabi yang tersendiri, yang bercorak pro-kultus. Yehezkiel mengambil sikap yang positif terhadap kultus, ibadah dan ritus-ritus di tempat suci.[6]

Konteks Sosial-Politik[7]
Kitab Yehezkiel menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi yang diasingkan sejak tahun 597 SM hidup berkelompok-kelompok di daerah-daerah negeri Babel yang kosong atau yang jarang penduduknya. Orang-orang Yahudi dianggap sebagai “transmigran” yang dipakai pemerintah untuk membuka dan mengolah tanah baru. Merekapun dapat berdagang dan mencapai kesejahteraan lumayan. Mungkin sebagian kaum buangan kadang-kadang dikerahkan untuk kerja rodi pada bangunan-bangunan besar yang banyak ditangani raja Nebukadnezar. Kaum buangan Yahudi memiliki kebebasan terbatas. Mereka dipimpin oleh kaum tua-tua yang berulangkali tampil dalam kitab Yehezkiel 8:1, 14:1, dan 20:1.

Tafsiran Teks

Nabi Yehezkiel dibawa dalam penglihatan ke pintu gerbang Timur[8] dari Bait Allah oleh Roh (/rûªH/angin/nafas – tidak jelas apakah rûªH ini adalah Roh Tuhan, karena tidak ada keterangan) Di situ ia mengucapkan nubuatan melawan pemimpin-pemimpin yang menyimpang dari ketetapan-ketetapan Allah. Kata “periuk”[9] yang muncul di ayatnya yang ketiga, mungkin dimaksudkan kepada hati para pemimpin yang telah menyimpang dari ketetapan-ketetapan Tuhan. Mereka mengabaikan peringatan dari nabi-nabi; mereka merasa mampu mengatasi persoalan-persoalan mereka. Mungkin sikap mereka dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengatasi penyerbuan pada tahun 597 SM.[10]

Istilah mengenai “anak manusia” pada ayat 2, merupakan gelar yang digunakan untuk menekankan sifat nabi sebagai manusia, dan ini dimaksudkan untuk membedakan dengan sumber berita itu sendiri, yaitu Allah. Istilah Ben-´ädäm/ben-adam atau “anak manusia” mungkin juga menekankan sifatnya sebagai makhluk insani yang rendah.[11]

Pada ayat 3, frase mengenai rumah yang telah dibangun memiliki banyak arti dan salah satunya mau menyatakan bentuk penolakkan terhadap suatu visi bangunan di masa yang akan datang atau masa depan.[12] Maksud dari ungkapan “Kota inilah periuk dan kita dagingnya” mau menyatakan bahwa tembok-tembok kota akan melindungi mereka, seperti sebuah periuk melindungi daging dari api; karena itu peringatan dari nabi dapat diabaikan.[13]

Ayat 4, Allah menyatakan hukumannya melalui nubuat yang akan diberikan kepada hambanya. Nubuat ini akan menghukum orang-orang yang telah menyombongkan diri sebagaimana yang dikatakan pada ayat 3.

Ayat 5, rumah yang didirikan oleh umat sebenarnya untuk kepentingan diri mereka sendiri, yang menganggap diri mereka sebagai pengganti yang sah dan yang mewarisi hak-hak yang dikuasai oleh umat Allah.[14] Sebenarnya Allah mengetahui isi hati mereka.

Ayat 6, bangsa Israel telah menyatakan diri sebagai wakil Allah yang sah, misalnya dengan menyatakan bahwa rumah-rumah Israel telah dibangun kembali (ayat 3). Mereka mau menyatakan sebagai orang-orang pilihan yang memiliki arti penting di dunia. Namun, di sisi lain mereka mau mencari posisi yang aman bagi diri mereka, yaitu dengan menumpahkan darah orang yang tidak bersalah.[15]

Ayat 7, hanya orang-orang yang menjadi korban dari persekongkolan pembunuhan itu yang akan menikmati keamanan kota itu. Pembunuh-pembunuh itu akan digiring ke luar (ay. 9) dan akan dihukum (dibunuh) dekat perbatasan tanah Israel (ay. 10). Mengenai penggenapan ayat ini lihat II Raja-raja 25:18-21.[16]

Ayat 8, pedang menunjukkan hukuman Allah atas mereka yang berlaku kejam dan menyimpang dari ketetapan-ketetapan Allah.

Pada ayat 9 sampai ayat 11 menggambarkan bagaimana dahsyatnya hukuman Tuhan atas orang-orang yang menyimpang dari ketetapan-ketetapan Tuhan. Di ayat yang ke-11 dikatakan bahwa tempat penghukuman bagi mereka adalah di tanah Israel meskipun mereka saat ini berada di dalam pembuangan.

Ayat 12, menekankan kembali bahwa ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan Allah harus menjadi yang utama di dalam hidup umat.

Perikop ini diakhiri dengan teriakan nabi Yehezkiel pada ayat 13, yaitu “Aduh, Tuhan Allah, apakah Engkau menghabiskan sisa Israel?” Yehezkiel mengeluh akan kehancuran Bait Allah, sebagaimana ia mengeluhkan ketika Allah mencurahkan amarah-Nya untuk memusnahkan seluruh sisa Israel (Yeh. 9:8). Sukar untuk memahami bagian ini, terutama yang menyangkut kematian Pelaca bin Benaya. Kemungkinan orang buangan mendengar kelak kematian Pelaca dan dengan takut-takut menghubungkannya dengan penglihatan nabi Yehezkiel tentang penghakiman Allah.[17]

Kesimpulan Teologis
Hukuman Tuhan senantiasa berlaku bagi orang-orang yang menyimpang dari ketetapan-ketetapan-Nya. Siapapun mereka, apakah orang terkemuka, pemimpin rohani atau sekuler, imam ataupun pemuka agama semua tidak lepas dari hukuman Allah, ketika mereka mulai menyimpang dari ketetapan-ketetapan Allah. Serta Orang-orang yang merugikan dan mencelakakan banyak orang, kehidupannya akan berakhir dengan mengenaskan (kematian/pedang).

Hermeneutik dalam Konteks Penulis Teks
Dalam bagian ini penulis mau mengingatkan umat yang berada di pembuangan Babel untuk tetap setia pada ketetapan-ketetapan Allah. Hukuman-hukuman yang digambarkan dalam perikop ini mau menunjukkan keseriusan Allah akan kesetiaan umat-Nya. Keberhasilan umat dalam mengatasi akibat dari serangan pada tahun 597 SM tidak perlu membuat umat menjadi sombong dan mengabaikan peringatan-peringatan para nabi.
Secara ringkas pesan kitab Yehezkiel dalam konteks penulis teks, minimal dapat dilihat dari dua hal berikut:[18]

a. Penulis Melawan Optimisme Orang-orang Buangan
Panggilan Yehezkiel 593 SM adalah setelah empat tahun peristiwa tahun 597, yakni pendudukan dan penjajahan Yerusalem oleh tentara Babel (bnd. II Raj. 24:8-17). Kerajaan Yehuda di bawah pemerintahan Zedekia nampaknya sudah mulai “normal” kembali, sedangkan kaum elit yang terbuang ke Babel itu semakin condong untuk percaya bahwa tidak lama lagi mereka akan pulang ke negeri asalnya (bnd. Yer. 29). Di sisi lain mereka memahami bahwa seakan-akan apa yang menimpa mereka itu bukan peringatan tegas supaya mereka memutar haluan dengan sungguh hati, melainkan hanya serangan oleh nasib malang semata-mata. Yehezkiel diutus untuk menentang optimisme itu. Pertama-tama di antara kaum buangan, di tempat perasingannya sendiri.

b. Menantang Israel, Kaum Pemberontak
Israel telah mendurhaka, yaitu pertama-tama mereka melanggar di bidang ibadah. Namun, pendurhakaan itu tidak terbatas pada bidang ibadah semata-mata. Yehezkiel menentang segala jenis ketidakadilan dan penindasan hukum yang merajarela yang dilakukan oleh umat. Semua lapisan masyarakat di bawah pimpinan raja, pemuka, imam dan nabi (Yeh. 22:23-31) turut memberontak dan kejahatan mereka (Yeh. 22:6-12) justru memperlihatkan bagaimana pelanggaran-pelanggaran terhadap Allah. Selain di bidang “agama”, “susila” dan “sosial” Israel bersalah juga di bidang “politik”, yakni di dalam tindak-tanduk mereka sebagai bangsa yang berhadapan dengan bangsa-bangsa di sekitarnya.
Kecaman Yehezkiel memuncak ketika Yerusalem diumpamakan sebagai “pohon anggur yang tak berguna” (Yeh. 15:1-8). Yehezkiel dalam kecamannya mau menyatakan bahwa, pohon anggur yang bernama Yerusalem itu tak berguna dalam keadaan utuh, maka tak ada gunanya lagi, selain untuk dibakar sampai hangus (ay. 4-6).

Hermeneutik Penafsir dalam Konteks Sekarang
Hukuman Allah tetap berlaku bagi mereka yang menyimpang dari ketetapan-ketetapan Allah atau firmannya. Pemimpin-pemimpin rohani khususnya dalam gereja, seperti Pendeta, Penatua, Majelis jemaat tidak bisa bermain-main dan mengelabui Tuhan dalam pelayanan mereka. Tuhan akan senantiasa konsisten menghukum siapa saja yang mulai menyimpang dari ketetapan-ketetapan-Nya.

Kesimpulan
Yehezkiel 11:1-13 secara khusus berbicara mengenai hukuman Allh kepada umat Israel, khususnya para pemimpin-pemimpin Israel yang menyimpang dari ketetapan-ketetapan Allah. Kebanyakan ahli mengatakan bahwa kitab Yehezkiel ditulis oleh Yehezkiel sendiri. Latar belakang sejarah kitab Yehezkiel ialah Babel pada tahun-tahun awal pembuangan (593-571 SM). Pada masa pembuangan Babel, kenabian Israel mengalami perubahan besar. Nabi Yehezkiel dan Deutro-Yesaya merupakan tokoh besar yang mengubah kenabian Israel menjadi gejala kesusasteraan. Bukan hanya itu, nabi Yehezkiel menjadi nabi yang tersendiri, yang bercorak pro-kultus.



[1] Tulisan ini adalah paper saya dan telah dipresentasikan tanggal 30 April 2009 dalam mata kuliah Hermeneutik Perjanjian Lama IV, yang diampu oleh Dr. Barnabas Ludji.
[2] Paragraf ini dikutip dari: www.gky.or.id/gema2
[3] Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: 2005), hal. 10-12.
[4] Dikutif dari situs sabda: www.sabda.org/sejarah/full_life, Kitab Yehezkiel.
[5] Lihat www.gky.or.id/gema2, Pengantar Kitab Yehezkiel.
[6] Prof. Wismoady Wahono Ph.D, Di Sini Kutemukan, (Jakarat: 1994), hal. 251.
[7] Dr. C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta:1991), hal. 270
[8] Pintu gerbang merupakan tembok pertahanan suatu kota. Sebagaimana dujelaskan pada Yeh. 11:1 pintu gerbang Timur adalah pintu yang menghadap ke sebelah timur dari Bait Allah/rumah Tuhan.
[9] Kata sîr pada ayat 3, 7, dan ayat 11 yang dalam LAI diterjemahkan “periuk”, penggunaannya sudah cukup tepat. Kata sîr dapat juga diterjemahkan kail, kait, duri, atau onak. Kata ini dalam penggunaannya di ayat 3, 7 dan 11 selalu dihubungkan oleh partikel konjungsi le> (dan) dengan kata BäSär yang diterjemahkan oleh LAI “daging”.
[10] Tafsiran Alkitab Masa Kini, (Jakarta:2006), 519.
[11] C. Bart, Theologia Perjanjian Lama 4, (Jakarta:1993), 85.
[12] Eichrodt, The Old Testament Library: Ezekiel, (Philadelphia: 1970), 136.
[13] Ibid, Tafsiran Alkitab Masa Kini.
[14] Eichrodt, Ibid, 137.
[15] Eichrodt, Ibid, 138.
[16] Ibid, Tamki, 520.
[17] Dianne Bergant & Robert J. Karis (ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta:2002), 597.
[18] C. Bart, Ibid, 86-95.

Wednesday, April 1, 2009

RINGKASAN KATEKISMUS HEIDELBERG


Katekismus Heidelberg merupakan ajaran iman Kristen atau doktrin Kristen yang disusun oleh Zacharias Ursinus dan Caspar Olevianus pada tahun 1563 atas permintaan pangeran Frederik III. Pada tahun 1564 ajaran katekismus ini disahkan sebagai ajaran resmi di wilayah Palatinate. Katekismus ini disusun dalam bentuk tanya-jawab. Teologinya bercorak Calvinis, namun jiwanya merupakan perpaduan antara Lutheran, Melanchthon dan Calvin.[2] keseluruhan isinya berisi 129 ayat dan terbagi dalam tiga bagian besar. Dua ayat pertama berisi pengantar mengenai penghiburan bagi orang Kristen, yang kemudian disusul bagian pertama yang berisi tentang sengsara manusia. Bagian kedua berisi tentang kelepasan manusia. Sedangkan bagian ketiga berisi mengenai ucapan syukur yang wajib dipersembahkan kepada Allah karena kelepasan itu. Berikut adalah ringkasan dari pertanyaan dan jawaban dari katekismus Heidelberg:

1. Penghiburan saya pada waktu hidup maupun pada waktu mati.
Aku dengan tubuh dan jiwaku, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati: a) aku bukan milikku tetapi milik Kristus; b) darah Kristus melunasi dosaku; c) darah Kristus melepaskan aku dari murka, d) memulihkan aku, e) menjadikan aku rela dan siap mengabdi kepada-Nya.

2. Pokok-pokok yang perlu diketahui sebagai penghiburan supaya hidup bahagia.
a) dosa dan sengsaraku besar; b) aku harus terlepas dari dosa dan sengsara; c) bersyukur atas kelepasan.

Bagian Pertama: Sengsara Manusia
3. Sengsara diketahui melalui hukum Taurat (Roma 3:20).

4. Hukum Taurat menuntut, supaya kita mengasihi Allah dan sesama (Matius 22:37-40).

5. Kita tidak dapat melakukan hukum Taurat dengan sempurna, karena kodrat kita cenderung membenci Allah dan sesama.


6. Allah tidak menjadikan manusia jahat atau buruk, karena: a) Allah menjadikan manusia baik menurut gambarnya; b) supaya manusia mengenal ciptaan-Nya, mengasihi-Nya, memuji dan memuliakan-Nya.

7. Asal watak buruk manusia adalah dari kejatuhannya ke dalam dosa dan ketidaktaatan nenek moyang.


8. Kita sama sekali tidak sanggup berbuat baik dan cenderung berbuat jahat, kecuali kita dilahirkan kembali oleh roh Allah.

9. Allah tidak menuntut dalam hukumnya sesuatu yang tidak sanggup dilaksanakan manusia, karena: a) Allah menjadikan manusia untuk sanggup malaksanakannya; b) tetapi oleh bisikan iblis nmanusia menjadi tidak taat.


10. Allah tidak membiarkan ketidaktaatan dan kemurtadan tanpa hukuman: Dia hendak menghukumnya dengan hukuman yang adil, baik di dunia maupun di akhirat.

11. Allah sungguh penyayang, tetapi Dia juga adil dan keadilan-Nya menuntut agar dosa dihukum dengan hukuman yang kekal atas tubuh dan jiwa.

Bagian Kedua: Kelepasan Manusia12. Untuk luput dari hukuman Allah yang adil, kita memenuhi tuntutan keadilan-Nya. Sebab itu, kita wajib melaksanakan pelunasan sepenuhnya, apakah dengan upaya sendiri atau pihak lain.

13. Kita tidak dapat melaksanakan pelunasan dengan usaha sendiri, bahkan tiap-tiap hari kita menambah hutang kita.


14. Kita tidak mungkin menemukan makhluk lain, untuk melaksanakan pelunasan ini: a) Allah tidak mau menjatuhkan hukuman terhadap makhluk lain; b) tidak ada makhluk semata yang dapat menanggung murka Allah.

15. Seorang Pengantara dan Penebus yang perlu kita cari adalah: a) manusia sejati dan benar; b) kekuatannya melebihi segala makhluk; c) Allah yang sejati.


16. Dia harus manusia sejati dan benar, karena: a) seorang manusia tidak sanggup melakukan pembayaran untuk dosa orang lain; b) manusia seorang berdosa.

17. Dia harus juga Allah sejati, karena: a) dengan kuasa keallahan-Nya Dia dapat menanggung murka Allah; b) memperoleh kebenaran dan kehidupan.

18. Pengantara itu adalah Tuhan kita Yesus kristus, yang dikaruniakan Allah kepada kita.

19. Kita mengetahui hal itu, dari Injil yang kudus.

20. Tidak semua orang diselamatkan oleh Kristus, tetapi hanya mereka yang oleh iman yang sejati dijadikan anggota tubuh-Nya dan menerima seluruh karunia-Nya.


21. Iman yang sejati itu adalah keyakinan atau pengetahuan yang pasti, yang membuat kita mengakui sebagai kebenaran yang dinyatakan Allah kepada kita di dalam firman-Nya: a) dikerjakan dalam hatiku; b) melalui Injil; c) isinya pengampunan dosa, kebenaran dan keselamatan; d) dikaruniakan kepada semua orang.

22. Orang Kristen perlu mengimani segala sesuatu yang dijanjikan di dalam Injil yang diajarakan melalui pasal-pasal pengakuan iman Kristen yang am dan pasti.

23. Pasal-pasal pengakuan iman: 1) Aku percaya kepada Allah Bapa, Yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. 2) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, 3) yang dikandung dari roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, 4) yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, 5) pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, 6) naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Yang Mahakuasa, 7) dan akan datang dari sana untuk menghakimi yang hidup dan yang mati. 8) Aku percaya kepada Roh Kudus. 9) Aku percaya adanya gereja (Kristen) yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, 10) pengampuan dosa, 11) kebangkitan daging 12) dan hidup yang kekal.

24. Pengakuan iman dibagi atas tiga bagian: a) mengenai Allah Bapa dan penciptaan; b) mengenai Allah Anak dan penebusan; c) mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.

25. Meskipun hanya ada satu zat saja, kita menyebut Bapa, Anak dan Roh Kudus, karena: a) demikianlah Allah menyatakan diri-Nya dalam Firman-Nya; b) Ketiga Pribadi yang berbeda-beda itu merupakan Allah yang esa, yang sejati dan kekal.

Allah Bapa dan Penciptaan Kita26. Ketika kita berkata, aku percaya kepada Allah Bapa, yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi, berarti kita percaya bahwa: a) Bapa telah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya; b) memelihara dan memerintah menurut rencana-Nya yang kekal.

27. Pemeliharaan Allah adalah kekuatan Allah, Yang Mahakuasa dan yang hadir di segala tempat.

28. Manfaat kita tahu bahwa Allah talah menciptakan segala sesuatu dan memeliharanya, kita dapat bersabar di dalam kesusahan dan bersyukur dalam kelimpahan.

Allah Anak dan Penebusan Kita29. Anak Allah dinamakan Yesus, yang artinya “Juruselamat”, karena Dia menyelamatkan kitadari semua dosa kita.
30. Orang-orang yang mencari keselamatan pada orang-orang kudus atau pada dirinya sendiri, tidak percaya kepada yesus, Juruselamat satu-satunya, mereka nyata-nyata menyangkal Yesus, meskipun dengan mulut mereka bermegah di dalam Dia.

31. Dia dinamakan Kristus, yang artinya “Yang Diurapi”, karena Dia telah ditetapkan Allah Bapa dan diurapi Roh Kudus, menjadi nabi dan guru, Imam Besar dan raja kita. Sebagai nabi dan guru kita yag tertinggi.

32. Kita disebut orang Kristen, karena melalui iman kita adalah anggota tubuh Kristus dan dengan demikian kita mendapat bagian dalam pengurapan-Nya.

33. Kristus dinamakan Anak Allah yang tunggal, padahal kitapun anak-anak Allah: a) sebab hanya Kristus saja yang adalah Anak Allah yang sehakikat dan yang sama-sama kekal; b) kita diangkat menjadi anak-anak Allah karena Kristus, berdasarkan kasih karunia.

34. Kita menyebut Yesus sebagai tuhan kita, sebab Dia telah menebus kita, tubuh dan jiwa, bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan darah-Nya yang tak ternilai harganya.

35. Arti dari “yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria” adalah bahwa di dalam Anak Allah yang kekal itu tinggal Allah yang sejati dan kekal, yang telah mengenakan tabiat manusia sejati dari daging dan darah anak dara Maria oleh karya Roh Kudus.

36. Manfaat yang kita peroleh dari kenyataan bahwa Kristus telah dikandung secara suci dan lahir adalah, bahwa Dia Pengantara kita yang sempurna dan di hadapan Allah, Dia menutupi dosa kita, yang telah kita sandang sejak kita dikandung dan dilahirkan.

37. Arti kata menderita adalah, bahwa Dia telah mennggung murka Allah atas seluruh dosa umat manusia pada tubuh dan jiwa-Nya.

38. Kristus menderita di bawah hakim Pontius Pilatus, supaya Dia walaupun tidak bersalah, dihukum di hadapan pengadilan dunia, dan dengan demikian meluputkan kita dari hukuman Allah yang keras.

39. Kematian Krisyus mempunyai arti lebih besar, sebab Dia telah menanggung kutuk yang ada atas diri kita.

40. Kristus merendahkan diri sampai mati, sebab menurut keadilan dan kebenaran Allah, hutang dosa-dosa kita tidak dapat dilunasi dengan cara lain kecuali dengan kematian Anak Allah.

41. Dia dikuburkan, supaya dengan demikian ditegaskan bahwa Dia telah benar-benar mati.

42. Kristus telah mati untuk kita, maka kita juga harus mati tetapi bukan karena pelunasan hutang dosa-dosa kita, melainkan kematian bagi dosa dan pintu masuk ke dalam hidup yang kekal.

43. Hal lain yang kita peroleh dari pengorbanan dan kematian Kristus adalah manusia lama kita ikut disalibkan, dimatikan dan dibukurkan bersama dengan Dia, supaya hawa nafsu daging tidak berkuasa lagi di dalam kita.

44. Dalam pengakuan iman ditambahkan „turun ke dalam kerajaan maut“, supaya dalam godaan-godaan yang paling sengit sekalipun, kita mendapat keyakinan dan hiburan yang sungguh-sungguh bahwa Yesus telah melepaskan kita dari ketakutan dan kesakitan neraka.

45. Manfaat kebangkitan Kristus bagi kita: a) memberikan kepada kita kebenaran yang telah diperolehnya melalui kematian-Nya; b) dengan kuasa kebangkitan-Nya kita dibangkitkan untuk menempuh hidup baru; c) menjadi jaminan kebangkitan kita yang membahagiakan.

46. Arti naik ke sorga adalah, bahwa Dia berada di sana untuk kebaikan kita, sampai Dia datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

47. Kristus menyertai kita sampai kepada akhir zaman meskipun menurut kemanusiaan-Nya Dia tidak bersama-sama dengan kita, tetapi menurut keallahan, kemuliaan, anugerah dan Roh-Nya, Dia tidak pernah meninggalkan kita.

48. Keallahan Kristus tidak terpisah, meskipun kemanusiaan-Nya tidak hadir bersama kita, karena keallahan itu memang berada di luar kemanusiaan yang telah dikenakan-Nya, namun berdiam juga di dalamnya dan tetap bersatu dengan-Nya menjadi satu Pribadi.

49. Manfaat kenaikan Kristus ke sorga adalah: a) menjadi Jurusyafaat; b) menjadi Kepala dan akan menyambut kita; c) kita mencari perkara yang di atas bukan yang di bumi.

50. Kata-kata “duduk di sebelah kanan Allah“ di tambahkan, karena Kristus telah naik ke sorga, supaya di sana Dia menyatakan diri-Nya sebagai Kepala Gereja Kristen yang menjadi milik-Nya.

51. Manfaat kemuliaan Kristus bagi kita adalah Dia mencurahkan karunia-karunia sorgawi ke dalam diri kita dan dengan kuasa-Nya Dia melindungi dan memelihara kita terhadap semua musuh.

52. Penghiburan yang kita peroleh dari kedatangan Kristus kembali adalah Dia membuang semua musuh-Nya, yang adalah juga musuh kita, ke tempat kutuk yang kekal, tetapi akan menyambut kita bersama dengan semua orang pilihan-Nya dalam kesukaan dan kebahagiaan yang sorga.

Allah Roh Kudus dan Pengudusan Kita53. Yang saya percayai tentang Roh Kudus: a) Dia bersama Bapa dan Anak adalah Allah yang sejati dan kekal; b) membuat kita mendapat bagian dalam Kristus; c) menghibur kita; d) menyertai kita selama-lamanya.

54. Yang saya percayai tentang Gereja yang kudus dan am adalah, bahwa Anak Allah oleh Roh dan Firman-Nya, sejak awal dunia ini sampai akhir zaman, mengumpulkan, melindungi dan memelihara bagi-Nya dari segenap manusia dalam kesatuan iman yang benar untuk beroleh hidup yang kekal.

55. Persekutuan orang kudus berarti, bahwa semua orang beriman dan tiap-tiap orang beriman secara perseorangan, sebagai anggota Kristus, mendapat bagian dalam Dia serta semua karunia-Nya dan mempergunakan karunia yang didapatnya demi kebaikan dan keselamatan anggota lain.

56. Dalam pengampunan dosa Allah sama sekali tidak mengingat lagi dosa-dosa kita, sebaliknya Dia menganugerahkan kebenaran Kristus kepada kita.

57. Kita memperoleh penghiburan dari kebangkitan daging, bahwa sesudah hidup ini bukan hanya jiwa kita yang akan diangkat kepada Kristus, melainkan juga daging kita akan dibangkitkan oleh kuasa Kristus.

58. Kita dapat merasakan penghiburan dari hidup yang kekal, karena sekarang ini juga kita telah merasakan dalam hati kesukaan yang kekal.

Pembenaran Oleh Iman59. Jika kita percaya kepada semua hal ini, maka di dalam Kristus kita benar di hadapan Allah dan dijadikan ahli waris hidup yang kekal.

60. Kita benar dihadapan Allah hanya oleh iman yang sejati kepada Yesus Kristus.

61. Kita benar oleh iman, bukan karena layaknya iman kita sehingga membuat Allah berkenan kepada kita, melainkan hanya oleh pelaksanaan pelunasan oleh Kristus.

62. Perbuatan baik kita tidak dapat menjadi tidak dapat menajdi kebenaran di hadapan Allah, karena kebenaran yang dapat bertahan dihadapan pengadilan Allah harus sungguh-sungguh sempurna dan dalam segala hal sesuai dengan hukum Allah.

63. Perbuatan baik kita tidak menghasilkan ganjaran, tetapi ganjaran itu terjadi bukan berdasarkan amal melainkan berdasarkan rahmat saja.

64. Ajaran ini tidak membaut manusia tidak peduli dan fasik, karena barang siapa yang telah menjadi anggota tubuh Kristus, tidak dapat tidak menghasilkan perbuatan baik.

Sakramen-Sakramen65. Datangnya iman yang membuat kita mendapat bagian, datang dari Roh Kudus, yang bekerja menciptakan iman itu dalam hati kita melalui pemberitaan Injil.

66. Sakramen adalah tanda dan meterai yang kudus serta kasatmata, yang telah ditetapkan Allah.

67. Firman dan Sakramen ditetapkan sebagai dasar keselamatan satu-satunya melalui kurban Yesus Kristus pada kayu salib. Sedangkan Roh Kudus mengajarkan kepada kita dalam Injil dan meneguhkan melalui sakramen.

68. Sakramen yang ditetapkan Kristus dua, yaitu Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.

BaptisanKudus69. Kita diingatkan dan diyakinkan dalam Baptisan Kudus dengan Kristus telah menetapkan permandian lahiriah ini, disertai janji.

70. Dengan dibasuh dengan darah dan Roh Kristus, kita mendapat pengampunan dosa dari Allah, berdasarkan rahmat, karena darah Kristus yang telah ditumpahkan-Nya bagi kita dengan pengurbanan-Nya pada kayu salib.

71. Kristus berjanji mau membasuh kita dengan darah dan Roh-Nya dalam penetapan Baptisan, yang berbunyi sebagai berikut, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus“ (Mat. 28:19).

72. Permandian lahiriah bukan pembasuhan dari dosa-dosa, karena hanya darah Kristus dan Roh Kudus yang membasuh kita dari segala dosa.

73. Alasan Roh Kudus menamakan Baptisan itu “permandian kelahiran kembali“ karena Allah berfirman demikian hendak mengajar kita bahwa, sama seperti kotoran tubuh dihilangkan dengan air, demikian juga segala dosa kita dihilangkan oleh darah dan Roh Yesus Kristus.

74. Anak-anak kecil harus dibaptis, karena mereka termasuk dalam perjanjian Allah dan dalam jemaat-Nya, sama seperti orang-orang dewasa. Melalui darah Kristus, mereka tidak kurang daripada orang dewasa.

Perjamuan Kudus
75. Kita diingatkan dan diyakinkan dalam Perjamuan Kudus, bahwa kita mendapat bagian dalam kurban Kristus dengan Kristus telah memerintahkan kita dan semua orang percaya, supaya makan dari roti yang dipecah-pechkan dan dari cawan agar perbuatan itu menjadi peringatan bagi Dia.

76. Arti “makan tubuh Kristus yang disalibkan“ dan “minum darah-Nya yang tertumpah“ adalah, bahwa kita menerima seluruh penderitaan dan kematian Kristus dengan hati yang percaya, dan dengan demikian memperoleh pengampunan dosa-dosa dan hidup yang kekal.

77. Kristus berjanji, sebagaimana orang percaya makan dari roti yang dipecah-pecahkan dan minum dari cawan, sepasti itu juga Dia akan mengenyangkan kita dengan tubuh-Nya dan menyegarkan kita dengan darah-Nya, dalam perjamuan malam.
78. Roti dan anggur tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya. Sebagaimana air dalam baptisan tidak diubah menjadai darah Kristus, dan tidak menjadi pembasuh dari dosa-dosa itu, tetapi hany merupakan tanda dan jaminan dari Allah.

79. Kristus menyebut roti itu “tubuh-Nya“ dan anggur itu “darah-Nya“, karena dengan demikian Dia mengajar kita bahwa, sama seperti roti dan anggur memelihara hidup kita di dunia ini, demikian pula tubuh-Nya yang telah disalibkan dan darah-Nya yang ditumpahkan itu merupakan makanan dan minuman yang sesungguhnya bagi jiwa kita untuk hidup yang kekal.


80. Perbedaan Perjamuan Malam Tuhan dengan “Misa“ Gereja Katolik Roma: a) Perjamuan malam Tuhan menegaskan kepada kita, bahwa kita telah beroleh pengampunan sempurna atas segala dosa kita oleh kurban Yesus Kristus satu-satunya, yang telah dipersembahkan-Nya sendiri satu kali saja di akyu salib; b) Misa mengajarkan bahwa orang yang hidup dan yang mati tidak memperoleh pengampunan dosa karena penderitaan Kristus, kecuali kalau Kristus tiap-tiap hari dikurbankan lagi bagi mereka oleh imam-imam Misa, dan bahwa Kristus dengan tubuh-Nya hadir dalam rupa roti dan anggur, dan karena itulah harus disembah dalam roti dan anggur itu.

81. Perjamuan Malam Tuhan ditetapkan untuk mereka yang menyesali dirinya karena dosa-dosanya, namun tetap percaya bahwa dosanya itu telah diampuni karena Kristus dan bahwa juga segala kelemahan yang masih tertinggal ditutup oleh penderitaan serta kematian-Nya.

82. Mereka yang bertindak sebagai orang tidak percaya dan fasik tidak diizinkan turut serta dalam Perjamuan Kudus, karena dengan demikian perjanjian Allah dinajiskan dan murka–Nya dibangkitkan atas seluruh jemaat.

83. Kunci-kunci kerajaan sorga adalah pemberitaan Injil yang kudus dan pengucilan resmi atau pemutusan hubungan dengan jemaat Kristen.

84. Menurut perintah Kristus, kerajaan sorga dibuka dan ditutup melalui pemberitaan Injil yang kudus, kepad semua orang percaya, dan kepada tiap-tiap orang percaya secara perseorangan, diberitakan dan ditegaskan dengan nyata.

85. Melalui pengucilan resmi dari jemaat Kristen, kerajaan sorga ditutup dan dibukakan, menurut perintah Kristus.

Bagian Ketiga: Syukur yang Wajib Dipersembahkan Kepada Allah Karena Kelepasan Itu
86. Kita masih perlu melakukan perbuatan baik, karena Kristus setelah menebus kita dengan darah-Nya, juga membarui kita melalui Roh-Nya yang kudus menjadi serupa dengan gambar-Nya, supaya kita dengan seluruh kehidupan kita memberi syukur kepada Allah karena anugerah-Nya.

87. Mereka yang berkanjang dalam hidup yang fasik dan tidak mengenal syukur, dan tidak bertobat sama sekali tidak beroleh selamat.
88. Pertobatan manusia yang sungguh-sungguh terdiri atas dua bagian, yaitu kematian manusia lama dan kebangkitan manusia baru.

89. Kematian manusia lama adalah sungguh-sungguh menyesali bahwa kita telah menimbulkan murka Allah karena dosa kita, dan semakin membenci dan menjauhi dosa itu.

90. Kebangkitan manusia baru adalah sungguh-sungguh bersukacita dalam Allah karena Kristus, dan kita rela serta suka akan hidup sesuai dengan kehendak Allah sambil melakukan segala perbuatan baik.

91. Perbuatan baik hanyalah perbauatan yang timbul dari iman yang sungguh-sungguh, dan yang seturut dengan hukum Taurat Allah untuk memuliakan Dia, bukan perbauatan yang berdasarkan kemauan kita atau aturan manusia.

Hukum Taurat Allah92. Bunyi hukum Taurat Allah, terdapat dalam kitab Keluaran 20:1-17.

93. Kesepuluh hukum itu dibagi atas dua loh batu, yang pertama mengajarkan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap Allah; yang kedua, apa kewajiban kita terhadap sesama kita manusia.

94. Yang Allah perintahkan dalam perintah yang pertama, agar kita demi keselamatan jiwa, harus menghindari dan menjauhkan diri dari segala penyembahan berhala.

95. Penyembahan berhala ialah mereka-reka atau mempunyai sesuatu yang oleh manusia dijadikan tempat kepercayaan sebagai ganti Allah yang esa dan benar.

96. Yang Allah tuntut dari perintah yang kedua, agar kita jangan sekali-kali membuat gambar Allah dengan cara apapun dan jangan berbakti kepadanya dengan cara lain dari yang telah Dia perintahkan dalam firman-Nya.

97. Allah tidak dapat dan tidak boleh digambarkan dengan cara apapun. Adapun makhluk, meskipun mereka boleh digambarkan atau dibuat patungnya, Allah melarang menyembahnya atau memakainya untuk beribadah kepada-Nya.

98. Kita tidak boleh membiarkan gambar atau patung di gereja dipakai menjadi alat-alat peraga bagi orang-orang Kristen awam, karena kita tidak boleh menganggap diri kitalebih bijaksana daripada Allah, yang menghendaki umatnya diajar bukan dengan gambar atau patung yang bisu.

99. Maksud perintah yang ketiga, agar kita tidak menghujat nama Allah atau menyebutnya dengan sembarangan, bukan hanya dengan mengumpat atau bersumpah dusta, melainkan juga dengan mengucapkan sumpah secara gegabah.

100. Orang yang menghujat nama Allah dengan bersumpah dan mengumpat akan begitu besar dosanya, karena tidak ada dosa yang lebih besar dan yang lebi menimbulkan murka Allah daripada dosa menghujat nama-Nya.

101. Orang boleh bersumpah demi nama Allah dengan maksud saleh, jika pemerintah menuntut hal itu dari rakyat, atau karena keadaan darurat, untuk dengan demikian meneguhkan kesetiaan dan kebenaran, demi kemuliaan nama Allah dan kebaikan sesama kkta manusia.

102. Orang tidak boleh bersumpah demi orang-orang kudus tertentu, karena bersumpah dengan benar adalah berseru kepada Allah supaya Dia, satu-satunya yang mengetahui isi hati manusia, sudi memberikan kesaksian tentang kebenaran dan menghukum kita jika kita bersumpah dusta.

103. Dalam perintah keempat, Allah memerintahkan agar pelayanan gereja, yaitu pemberitaan Firman, dan sekolah-sekolah tetap diselenggarakan, dan agar kita, teristimewa pada hari perhentian dengan setia bergabung dengan jemaat Allah: mendengar Firman, menerima sakramen, bersr=eru kepada Tuhan, dan berderma kepada orang-orang miskin.

104. Yang Allah kehendaki dalam perintah yang kelima, agar kita menghormai, mengasihi, dan setia kepada ibu-bapa kita dan kepada semua orang yang diberi kuasa atas kita, dan tunduk pada pengajaran dan hukuman mereka dengan ketaatan yang patut.

105. Dalam perintah yang keenam, Allah menuntut agar kita, baik sendiri maupun dengan bantuan orang lain, tidak menghina, membenci, menganiaya atau membunuh sesama kita dengan pikiran, perkataan atau sesuatau isyarat, apalagi dengan perbuatan.

106. Dengan melarang pembunuhan, Allah mengajar kita bahwa Dia membenci akar pembunuhan itu, seperti dengki, benci, amarah, dan dendam kesumat yang semua itu sama dengan pembunuhan.

107. Selain melarang dengki, benci, dan amarah, Allah memerintahkan pula, supaya kita mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri, dan bersikap sabar, suka damai, lembut, murah hati, dan ramah terhadap sesama.

108. Ajaran yang terkandung dalam perintah yang ketujuh, bahwa Allah mengutuk segala perbauatan kemesuman, dan karena itu kita harus membencinya dengan sungguh-sungguh, dan menahan hawa nafsu serta hidup sopan.

109. Karena tubuh dan jiwa kita merupakan bait Roh Kudus, Dia menghendaki supaya kita memeliahara kedua-duanya sehingga tetap suci dan murni.

110. Dalam perintah kedelapan Allah tidak hanya melarang pencurian dan perampasan yang dihukum oleh pemerintah; tetapi segala tipu daya yang dirancang untuk memperoleh milik sesama kita manusia juga Dia namakan pencurian.

111. Yang diperintahkan oleh Allah kepada kita dalam perintah dalam perintah kedelapan, agar kita sedapat-dapatnya dan di mana mungkin berupaya demi kemanfaatan sesama kita manusia, dan bertindak terhadapnya sebagaimana kita ingin orang lain bertindak terhadap kita.

112. Yang dikehendaki perintah yang kesembilan, agar kita tidak memberi kesaksian dusta terhadap siapa pun, tidak memutarbalikkan perkataan orang, tidak memfitnah dan menodai nama baik orang, tidak mempersalahkan atau turut mempersalahkan orang secara gegabah dengan tidak mendengarkannya lebih dulu.

113. Yang dituntut perintah yang kesepuluh, agar jangan timbul dalam hati kita keinginan dan pikiran sedikit pun yang melawan perintah Allah. Sebaliknya, agar kita selalu dengan segenap hati menentang segala dosa, dan gemar melakukan segala perbuatan yang benar.

114. Orang yang sudah bertobat, tidak dapat melaksanakan perintah ini dengan sempurna. Namun, begitu rupa, sehingga mereka dengan niat yang sungguh-sungguh, mulai hidup sesuai dengan perintah Allah.

115. Allah menyuruh mengajarkan sepuluh perintah, meskipun tidak ada seorang pun yang sanggup melaksanakannya, agar kita selama hidup makin lama makin mengenal watak kita yang berdosa, dan makin berusaha mendapat pengampunan dosa dan kebenaran di dalam Kristus.

Doa
116. Doa perlu bagi orang Kristen, karena doa adalah bagian utama pemberian syukur yang Allah tuntut dari kita. Dan Allah hendak melimpahkan rahmat-Nya serta Roh Kudus hanya kepada mereka yang dengan berkeluh kesah dan dengan tiada henti-hentinya memohon rahmat serta Roh itu dari-Nya dan mengucap syukur atasnya.

117. Doa yang berkenan kepada Allah dan yang dikabulkan-Nya adalah doa dengan segenap hati, yang berseru hanya kepada Allah yang esa dan sejati, yang telah menyatakan diri-Nya kepada kita dalam firman-Nya, dan memohon kepada-Nya menurut perintah-Nya.

118. Yang Allah perintahkan agar kita memohon kepada-Nya adalah segala kebutuhan rohani dan jasmani, yang disimpulkan oleh Tuhan Yesus dalam doa yang diajarkan-Nya sendiri kepada kita.

119. Doa bapa kami, berbunyi demikian:
Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.

120. Kristus memerintahkan kita menyapa Allah Bapa Kami, supaya pada saat mulai kita berdoa, di dalam hati kita segera Dia bangkitkan rasa takut dan percaya kepada Allah, sebagaimana seorang anak kecil terhadap bapaknya. Rasa takut dan percaya itu menjadi dasar doa kita.

121. kata “yang di sorga“ ditambahkan, supaya kemuliaan Allah tidak kita bayangkan secara duniawi, dan supaya segala kebutuhan tubuh dan jiwa hanya kita harapkan dari kemahakuasaan-Nya saja.

122. Dikuduskalah nama-Mu. Artinya, berilah pertama-tama agar kami mengenal Engkau dan menguduskan, memuliakan, serta memuji Engkau karena segala perbuatan-Mu yang menyatakan kemahakuasaan, hikmat, kebaikan, keadilan, kemurahan, dan kebenaran-Mu.

123. Datanglah Kerajaan-Mu. Artinya, perintahkanlah kami melalui Firman dan Roh-Mu sedemikian, sehingga kami makin lama makin tunduk kepada-Mu; pelihara dan kembangkanlah gereja-Mu; binasakanlah segaloa perbauatan iblis; sampai kerajaan-Mu datang dengan sempurna.

124. Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Artinya, berilah supaya kami dan sekalian manusia menyangkal kehendak sendiri, dan dengan tidak membantah, mematuhi kehendak-Mu, supaya dengan demikian tiap-tiap orang memenuhi dan melaksanakan tugas panggilannya dengan kerelaaan dan kesetiaan yang sama seperti malaikat-malaikat di sorga.

125. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Artinya, kiranya Engaklau memelihara kami dengan segala yang diperlukan tubuh kami, supaya olehnya kami mengakui bahwa Engkaulah satu-satunya sumber segala kebaikan.

126. Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Artinya, segala keslahan dan sejahatan yang senantiasa melekat pada kami, orang berdosa yang malang ini, janganlah jiranya Kautanggungkan kepada kami, karena darah Kristus, seperti juga kami dapati tanda anugerah-Mu dalam hati kami, yaitu bahwa kami berniat sungguh-sungguh akan mengampuni sesama kami manusia dengan tulus.

127. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Artinya, kami sendiri begitu lemah, sehingga kami tidak sanggup bertahan sesaat pun, tambahan pula musuh kami turun temurun, yaitu iblis, dunia, dan daging kami sendiri, dengan tiada henti-hentinya menyerang kami.

128. Kita mengakhiri doa ini dengan, karena Engkau yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Artinya, semua ini kami mohon kepada-Mu, karena Engkau, sebagai Raja kami dan Yang Mahakuasa, beritikad dan berkuasa mengaruniakan kepada kami segala hal yang baik, dan kami memohon semua ini bukan kami, melainkan Nama-Mu yang kudus dipuji, untuk selama-lamanya.


129. Amin berati, hal ini benar dan pasti. Karena Allah pasti telah mengabulkan doa kita, jauh lebih pasti daripada perasaan hati kita bahwa hal itu kita inginkan dari-Nya.


(Diambil dari buku Katekismus Heidelberg yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indoneia. Diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia).