Labels

Hendi Rusli's Blog Founded on October, 2008

Wednesday, November 11, 2009

EKSPOSISI AMSAL 31:1-9


Sebagaimana telah disinggung oleh kebanyakan ahli, kitab Amsal dapat digolongkan sebagai sastra kebijaksanaan dalam Perjanjian Lama. Kitab Amsal berisi banyak ajaran dan nasehat untuk memperoleh cara hidup yang baik dan bahagia. Ajaran atau nasehat-nasehat tersebut dibungkus dalam bentuk pribahasa atau petuah. Banyak di antaranya adalah petunjuk-petunjuk praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, petunjuk dalam hal pekerjaan, relasi dengan sesama, dan bahkan di dalam kehidupan berkeluarga. Dalam pembahasan berikut, Amsal pasal 31:1-9 berbicara mengenai nasehat seorang ibu kepada anaknya. Yaitu ibu yang bijaksana dan peduli kepada anaknya yang telah manjadi pemimpin.

Eksposisi yang disajikan berikut bersifat praktis dan sederhana. Namun dari hal yang praktis itu kita dapat mengambil maknanya. Bagian pertama dalam bahasan berikut akan meninjau latar belakang kitab Amsal, khususnya pasal 31:1-9. Setelah itu tafsiran singkat Amsal 31:1-9. Dari hasil tafsiran tersebut akan diangkat relevansinya untuk konteks sekarang.

Latar Belakang
Menurut Weiden,[1] kitab Amsal tidak ditulis sekali jadi oleh seseorang ataupun oleh sekelompok orang. Jika diperhatikan dengan teliti dalam kitab Amsal terdapat kalimat-kalimat berikut, “Amsal-amsal Salomo” (10:1), Juga ini adalah amsal-amsal dari orang bijak” (24:23), “Perkataan Abur Bin Yake dari Masa”. Hal ini memperlihatkan bahwa kitab Amsal tidak disusun sekaligus, tetapi sedikit demi sedikit tumbuh sebagai hasil dari penggabungan. Jika dilihat dari masa periodenya, bentuk terakhir dari kitab Amsal berasal dari zaman Yudaisme, kemungkinan sekali setelah periode Ezra.[2]

Kitab Amsal khususnya pasal 31:1-9 tidak memberikan keterangan yang eksplisit mengenai siapa itu Lemuel, demikian juga dengan ibu Lemuel yang memberi pengajaran di dalam perikop ini. Hanya ada sedikit keterangan mengenai Lemuel, yaitu bahwa ia seorang raja. Tidak jelas apakah raja di Israel atau raja di luar Israel, namun kemungkinan Lemuel adalah seorang raja di luar Israel. Di sisi lain Amsal 31:4-5 memiliki kemiripan dengan amsal-amsal di amenemope[3] dalam Ajaran Ani yang berbicara mengenai minuman keras. Hal ini memberi sinyalir bahwa Amsal 31:1-9 kemungkinan besar berasal dari luar Israel (Timur Dekat Kuno) yang kemudian diambil dan dimasukkan ke dalam sastra kebijaksanaan Israel (kitab Amsal). Namun yang menjadi pertanyaan, apakah dengan demikian Amsal ini memiliki makna teologis? Atau bersifat teologis? Perlu diketahu bahwa penyataan-penyataan Allah tidak hanya terjadi di lingkup intern Israel semata. Ada yang dinamakan sebagai Tertib Ilahi, di mana penyataan Allah ditanamkan juga dalam alam semesta pada waktu penciptaan.[4] Tata tertib Ilahi ini menjadi sumber aturan kehidupan manusia di dalam alam, juga dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga. Jadi dapat dikatakan bahwa Amsal 31:1-9 memiliki makna dan sifat teologis meskipun tidak berasal dari lingkup intern umat Israel.


Penjelasan Amsal 31:1-9[5]

Ayat 1-2
Bagian ini memberikan pengantar dari perkataan Lemuel yang ia dapat dari pengajaran ibunya. Dilihat dari gaya penulisan, ayat 2 merupakan sebuah contoh menarik mengenai pararelisme tangga di mana setiap anak kalimat mengulangi sesuatu dari anak kalimat sebelumnya, namun juga menambah sesuatu yang baru. Terjemahan harfiah dari ayat 2 kelihatan seperti berikut:

Apa, anakku?
Apa, anak kandungku?
Apa, anak nazarku?

Ayat 3
Si ibu memperingati putranya mengenai dua kejahatan, yaitu seks dan alkohol. Ayat ini secara khusus memperingatkan kita agar tidak membuang-buang tenaga karena perempuan atau kehilangan semangat karena perempuan. Jika hal ini dikaitkan dengan Salomo, maka kehidupan seks yang berlebihan menjadi kelemahan baginya, bahkan ia menjauh dari Tuhan.

Ayat 4-7
Bagian ini lebih banyak berbicara mengenai alkohol. Peringatan ini bukan saja penting bagi Lamuel tetapi juga bagi semua raja, pangeran atau orang yang berkedudukan tinggi.
Ayat 6 dan 7 mencatat mengenai anggur bagi orang yang sedang “binasa” atau “susah hati”. Orang yang jatuh ke dalam minuman keras hidupnya seakan-akan tidak memiliki harapan lagi, dan hal ini tidak pantas bagi raja.

Ayat 8-9
Kedua ayat ini adalah nasehat positif untuk Lamuel. Sang ibu mendorong agar putranya berpihak kepada orang-orang miskin dan lemah. Seorang pemimpin tidak hanya harus terlepas dari kejahatan tetapi juga harus berusaha menolong orang yang dipimpinnya.

Relevansi Dalam Konteks Sekarang
Amsal 31:1-9 memberi peringatan yang tegas mengenai bahaya minuman keras dan perempuan. Hal ini dengan jelas ditujukan kepada mereka (kaum lelaki) yang memiliki kuasa, jabatan dan harta benda. Minuman yang memabukan dapat memberi kenikmatan, tetapi di sisi lain membuat kita terlena dan kecanduan bahkan melupakan tugas dan tanggung jawab kita. Demikian juga halnya dengan perempuan, ia dapat memabukan kita bahkan membuat kita tidak berdaya. Peringatan ini sangat krusial bagi para pemimpin yang menjadi panutan banyak orang dan menentukan nasib banyak orang. Minuman keras dan perempuan dapat membuat para pemimpin atau yang memiliki kuasa menjadi tidak berdaya. Tidak hanya pemimpin-pemimpin besar seperti dalam pemerintahan misalnya, tetapi juga pemimpin di keluarga, seorang laki-laki sebagai kepala keluarga harus berhati-hati dengan perempuan dan minuman keras.

Lebih jauh dari hal di atas, amsal ini juga ditujukan bagi semua kaum laki-laki, terkhusus kaum muda. Seorang pemuda yang memiliki dedikasi tinggi, kecerdasan, tubuh yang sehat, wibawa dsb. jangan sampai karena seorang wanita menjadi seperti orang bodoh tidak berdaya, tidak mau belajar, murung, bahkan menjadi sakit-sakitan. Minuman keras sebagai pelarian bagi anak muda perlu diwaspadai, karena jika tidak ia akan menghancurkan masa depannya. Tentunya Tuhan menginginkan agar anak-anakNya menjadi bijaksana dalam menyikapi setiap segi kehidupan. Tuhan juga menginginkan agar kita terlepas dari bahaya akan minuman keras dan perempuan yang menghancurkan hidup kita.

Refleksi
Amsal 31:1-9 merupakan amsal yang berasal dari luar Israel. Meskipun berasal dari luar Israel, Amsal ini tetap memiliki makna teologis. Hal tersebut didasarkan pada Tertib Ilahi yang tertanam di alam semesta untuk mengatur hal yang baik bagi kehidupan manusia. Secara khsusus amsal ini berbicara mengenai bahaya dari minuman keras dan perempuan. Hal ini masih sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini. Dan bahaya ini tidak hanya ditujukan kepada para pemimpin atau mereka yang memiliki kekuasaan, namun juga kepada setiap kaum laki-laki. Mereka diajak untuk bersikap bijak terhadap wanita yang dicintainya, serta tidak terjebak di dalam kenikmatan minuman keras yang memabukan.

[1] Dr. Win van der Weiden, Seni Hidup, (Yogyakarta:1995), 48-49.
[2] Pdt. Dr. Barnabas Ludji, Diktat kuliah Hermeneutik PL III: Kitab Amsal, 10.
[3] Tremper Longman III, Hikmat dan Hidup Sukses, (Jakarta: 2007), 91.
[4] Pdt. Ishak Roedy, M.Th., Catatan kuliah: Studi Amsal, (Cipanas: 10 September 2009).
[5] Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, (Malang:2002), 289-290.

No comments: