Karier akademik Hegel mulai kelihatan ketika ia menjadi tenaga pengajar di Universitas Jena. Menurut Gaarder,[5] sebelum ia memulai kariernya di Jena, Hegel pada usia delapan belas tahun telah belajar teologi di Tubingen. Di Tubingen Hegel Mulai menaruh perhatian pada hubungan antara teologi dan filsafat.[6] Kemudian pada tahun 1799, ia mulai bekerja dengan Schelling di Jena ketika Gerakan Romantik mengalami pertumbuhan yang pesat. Dan setelah menjalani satu periode sebagai asisten profesor di Jena, ia diangkat menjadi profesor di Heidelberg tahun 1816,[7] tempat di mana pusat Romantisisme Nasional Jerman berada. Pada tahun 1818 ia diangkat menjadi profesor di universitas Berlin. Di Berlin ia menjadi sangat terkenal dan kariernya terus memuncak, bahkan ia disebut sebagai “professor professorum”. Hegel meninggal pada tanggal 14 November 1831, karena penyakit kolera yaitu “kolera jenis paling intensif”.[8]
[1] Roger Scruton, “A Short History of Modern Philosophy”, (London: Search Press, 1963), 159. Dikutip dalam Zubaedi, Filsafat Barat: Dari Logika Baru Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 85.
[2] Romantisisme merupakan suatu gerakan merentang dari akhir abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Romantisisme meliputi dan mempengaruhi kehidupan spiritual dalam segala dimensinya. Gerakan ini secara historis sebenarnya adalah reaksi dari Zaman Pencerahan yang menekankaan dan bertitik tolak dari akal sebagai pangkal dari segala sesuatu. Antara romantisisme dan idealisme Jerman terdapat pengaruh timbal balik yang besar dan sejumlah pertentangan. Untuk lebih jelas, lihat Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996), 959-964.
[3] Bertrand Russel, History of Western Philosophy (London: George Allen and Unwin LTD, 1946), 757.
[4] Dr. Zubaedi, Filsafat Barat, 85. Idealisme poskantian adalah idealisme setelah Kant, yang dibangun oleh Fichte, Schelling dan Hegel. Mereka menolak konsep adanya “dunia-pada-dirinya-sendiri”.
[5] Jostein Gaarder, Dunia Sophie, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 1996), 392.
[6] G.W.F Hegel, Hegel: Nalar Dalam Sejarah, peny. Robert S. Hartman (Jakarta: Teraju Mizan, 2005), xii.
[7] Russel, History of Western Philosophy, 757.
[8] Simon-Petrus L. Tjahjadi, tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan: Dari Descartes Sampai Whitehead (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 73.
[2] Romantisisme merupakan suatu gerakan merentang dari akhir abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Romantisisme meliputi dan mempengaruhi kehidupan spiritual dalam segala dimensinya. Gerakan ini secara historis sebenarnya adalah reaksi dari Zaman Pencerahan yang menekankaan dan bertitik tolak dari akal sebagai pangkal dari segala sesuatu. Antara romantisisme dan idealisme Jerman terdapat pengaruh timbal balik yang besar dan sejumlah pertentangan. Untuk lebih jelas, lihat Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996), 959-964.
[3] Bertrand Russel, History of Western Philosophy (London: George Allen and Unwin LTD, 1946), 757.
[4] Dr. Zubaedi, Filsafat Barat, 85. Idealisme poskantian adalah idealisme setelah Kant, yang dibangun oleh Fichte, Schelling dan Hegel. Mereka menolak konsep adanya “dunia-pada-dirinya-sendiri”.
[5] Jostein Gaarder, Dunia Sophie, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 1996), 392.
[6] G.W.F Hegel, Hegel: Nalar Dalam Sejarah, peny. Robert S. Hartman (Jakarta: Teraju Mizan, 2005), xii.
[7] Russel, History of Western Philosophy, 757.
[8] Simon-Petrus L. Tjahjadi, tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan: Dari Descartes Sampai Whitehead (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 73.