Labels

Hendi Rusli's Blog Founded on October, 2008

Thursday, November 27, 2008

PEMIMPIN YANG MELAYANI

EKSEGESE BILANGAN 17:1-13

Dalam dunia tafsir, untuk mengambil kerugma/pesan dari teks kitab suci dapat dilakukan dengan dua pendekatan metode tafsir, yaitu pendekatan sinkronik (“bersamaan waktu”) dan pendekatan diakronik (“melintasi waktu”). Dalam pendekatan sinkronik, teks kitab suci dapat diumpamakan sebagai “cermin” di mana si penafsir melihat dirinya ada bersamaan dengan teks, sebagai mana ia bercermin. Sedangkan dalam pendekatan diakronik, si penafsir melalui teks melihat jauh ke belakang, kepada sejarah teks dan sejarah si penulisnya atau komunitasnya.[1]

Dalam pembahasan hermeneutika di bawah ini, penulis mencoba membahas kitab Bilangan 17:1-13 dengan pendekatan kritik sumber,[2] yang termasuk ke dalam pendekatan diakronik. Adapun kitab Bilangan adalah bagian dalam Pentateukh (Perjanjian Lama). Istilah “Bilangan” dalam terjemahan bahasa Indonesia sebenarnya diambil dari Vulgata. Dan Vulgata mengambil istilah ini dari Septuaginta, di mana para penerjemah Septuaginta memberi nama “Bilangan” karena daftar angka yang dicatat dalam kitab ini.[3]

Terjemahan Yang Dipakai[4]

17:1 TUHAN berfirman kepada Musa:
17:2 "Katakanlah kepada orang Israel dan suruhlah mereka memberikan kepadamu satu tongkat untuk setiap suku. Semua kepala suku mereka harus memberikannya, suku demi suku, seluruhnya dua belas tongkat. Lalu tuliskanlah nama setiap kepala suku pada tongkatnya.
17:3 Pada tongkat Lewi harus kautuliskan nama Harun. Bagi setiap kepala suku harus ada satu tongkat.
17:4 Kemudian haruslah kauletakkan semuanya itu di dalam Kemah Pertemuan[5] di hadapan tabut hukum,[6] tempat Aku biasa bertemu dengan kamu.
17:5 Dan orang yang Kupilih, tongkat orang itulah akan bertunas; demikianlah Aku hendak meredakan sungut-sungut yang diucapkan mereka kepada kamu, sehingga tidak usah Kudengar lagi."
17:6 Setelah Musa berbicara kepada orang Israel, maka semua pemimpin mereka memberikan kepadanya satu tongkat dari setiap pemimpin, menurut suku-suku mereka, dua belas tongkat, dan tongkat Harun ada di antara tongkat-tongkat itu.
17:7 Musa meletakkan tongkat-tongkat itu di hadapan TUHAN dalam kemah hukum Allah.
17:8 Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.
17:9 Kemudian Musa membawa semua tongkat itu keluar dari hadapan TUHAN kepada seluruh orang Israel; mereka melihatnya lalu mengambil tongkatnya masing-masing.
17:10 TUHAN berfirman kepada Musa: "Kembalikanlah tongkat Harun ke hadapan tabut hukum untuk disimpan menjadi tanda bagi orang-orang durhaka, sehingga engkau mengakhiri sungut-sungut mereka dan tidak Kudengar lagi, supaya mereka jangan mati."
17:11 Dan Musa berbuat demikian; seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, demikianlah diperbuatnya.
17:12 Tetapi orang Israel berkata kepada Musa: "Sesungguhnya kami akan mati, kami akan binasa, kami semuanya akan binasa.
17:13 Siapa pun juga yang mendekat ke Kemah Suci TUHAN, niscayalah ia akan mati. Haruskah kami habis binasa?"

Sumber Yang Digunakan
Jika diteliti melalui teori sumber, Bilangan 17:1-13 lebih cenderung kepada sumber Priester (P).[7] Dengan alasan sebagai berikut:
Ø Cara bercerita yang sistematis dengan urutan yang baik dalam hal ini ayat 1-13.
Ø Menekankan akan sesuatu yang terjadi hanya karena Firman Allah saja, dimana Musa hanya menuruti saja yang diperintahkan oleh Tuhan bahwa Firman Tuhan yang berkuasa memilih dan menjadikan semuanya.
Ø Menonjolkan peraturan-peraturan dalam hidup keagamaan bangsa Israel yaitu dengan pemilihan jabatan imam dalam kehidupan keagamaan Israel.
Meskipun ciri-ciri sumber P cukup dominan dalam perikop ini, namun ada ciri sumber lain di dalamnya, yaitu sumber Yahwist (Y). Dengan alasan sebagai berikut:
Ø Menggunakan nama TUHAN, misalnya dalam ayat 1, 7, 9, 10, 11, dan ayat 13.
Ø Tuhan digambarkan dekat dengan Musa: Tuhan berbicara langsung kepada Musa tanpa perantaraan seperti mimpi atau kilat misalnya.

Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa Bilangan 17:1-13 dalam penulisannya memakai dua sumber, yaitu sumber P dan Sumber Y. Namun sungguh pun demikian, dalam bahasan berikut ini saya hanya akan menaruh perhatian pada konteks penulisan sumber P. Hal ini dikarenakan penulis sumber P adalah redaktur yang kemudian (atau yang terakhir).

Masa Penulisan, Konteks Keagamaan dan Keadaan Israel Pada Waktu Itu (sumber P).
Penulis Priester ini berasal dari Yehuda dan berkarya pada zaman pembuangan di Babel sekitar abad 5 SM[8]. Bilangan 17:1-13 sebagaimana disinggung di atas berasal dari sumber P. Ini berarti bahwa bangsa Israel berada dalam pembuangan di Babilonia dan pada masa itu juga Bait Allah yang di Yerusalem telah hancur sehingga situasi bangsa Israel pada saat itu mengalami keterpisahan dari kegiatan kultus di Bait Allah di Yerusalem. Keadaan tanpa bait Allah di Babilonia, kehidupan sinkretisme dalam agama dan bahaya akan pengaruh bangsa-bangsa kafir mengancam keberadaan umat Israel. Keadaan-keadaan seperti inilah yang mendorong kelompok Priester untuk menulis segala tradisi yang ada dan mengumpulkannya supaya jangan hilang. Tujuan dari penulisan dari kelompok P ini adalah untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa merekalah bangsa kudus Allah, sehingga sangat menekankan akan kehidupan kultus dan semua yang berhubungan dengan imamat,[9] seperti pada Bilangan 17:1-13 ini. Karena melalui kehidupan kultus hubungan antara Allah dan umat-Nya akan tetap terpelihara dan terus diperbaiki.

Tafsiran
Ayat 1-5
Bagian ini merupakan penegasan kembali akan jabatan imam. Dalam pemilihan ini Tuhan menggunakan tongkat sebagai simbol dari suku-suku Israel.
Pada ayat ke-3 terlihat pengaruh sumber P, yang menekankan keimaman Harun. Ayat 4 juga memperkuat sumber ini, di mana Tuhan memerintahkan Musa untuk menaruh tongkat-tongkat yang telah terkumpul di Kemah Pertemuan. Ini berkaitan erat dengan masa penulisan P (pembuangan), yang pada saat itu Bait Suci telah hancur dan kehidupan keagamaan bangsa Israel kacau. Namun pada ayat ini ditekankan oleh penulis P pentingnya Kemah Pertemuan, sebagai sarana pertemuan yang kudus antara Allah dan Umat di mana Allah menyatakan kehendak-Nya dan kehadiran-Nya.

Ayat 6-9
Musa menyampaikan perintah Tuhan kepada umat sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan dan meletakkan tongkat-tongkat itu di kemah hukum Allah.
Allah menyatakan kehendak-Nya melalui tongkat Harun yang bertunas (ayat 8). Dengan cara demikian Allah memilih imam bagi Israel.

Ayat 10
Tuhan kembali berfirman kepada Musa, untuk mengembalikan tongkat Harun yang bertunas ke dalam tabut Hukum sebagai tanda bagi mereka yang meragukan Musa dan Harun sebagai orang pilihan Tuhan.

Ayat 11
Memperlihatkan kembali ketaatan Musa akan perintah Tuhan.

Ayat 12-13
Respon bangsa yang bersungut-sungut kepada Musa dan mereka menyadari akan kesalahannya.

Kesimpulan Tafsiran
Jika dilihat dari konteks masa penulisannya, Bilangan 17:1-13 mengindikasikan pergumulan si penulis (sumber P) dalam masa di pembuangan, di mana pusat ibadah (Bait Suci) telah hancur dan terjadi krisis kepemimpinan rohani bahkan terjadi sinkretisme agama. Melalui Bilangan 17:1-13 penulis P ingin menjawab pergumulan umat pada waktu itu yang membutuhkan pemimpin dan Bait Suci sebagai pusat ibadah umat Israel. Melalui tulisan ini kehidupan kultus, hubungan antara Allah dan umat-Nya diharapkan tetap terpelihara dan terus diperbaiki.

RefleksiPada masa sekarang, sulit mencari seorang pemimpin yang berintegritas, seperti Musa dan Harun misalnya. Di gereja yang dapat kita sebut sebagai wadah pembentukkan spiritualitas, banyak pemimpin/hamba Tuhan yang katanya dipilih oleh Tuhan kerap kali sikut-menyikut dan saling menjatuhkan. Hal ini terjadi hanya untuk memperebutkan jabatan kepemimpinan gerejawi yang bersifat organisasi. Apakah kehadiran seorang pemimpin hanya untuk itu? Tentu saja tidak! karena panggilan Tuhan tidak sebatas pada sebuah jabatan pendeta misalnya, penatua, ketua majelis atau ketua sinode.

Dalam Bilangan 17:1-13, meskipun Harun dipilih untuk jabatan keimaman dalam meredamkan perselisihan dan sungut-sungut umat, namun yang esensi dari panggilan Tuhan atas Harun atau orang-orang pilihan-Nya adalah untuk melayani dan bukan untuk jabatan. Sehingga sekalipun kita tidak memiliki status jabatan apapun di gereja, kita bisa tetap melayani dan memiliki integritas kepemimpinan.


[1] Untuk lebih jelasnya lihat blog Dr. Ioanes Rakhmat: ioanesrakhmat.blogspot.com, Pendekatan-Pendekatan Kritis Hermeneutik Kitab Suci, 19 Oktober 2008.
[2] Menurut para ahli, dalam Pentateukh ada 4 sumber yang menulis kitab-kitab tersebut. Yaitu, penulis sumber Y (Yahwe), penulis sumber E (Elohim), penulis sumber D (Deuteronomium) dan penulis sumber P (Imam). Prinsip kerja kritik sumber selalu bertolak dari pertanyaan-pertanyaan, seperti: a) apakah pada teks yang diteliti menunjuk adanya sumber? b) apa yang dikatakan sumber tersebut?
[3] Lasor, dkk., Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: 1995 ), 232.
[4] Saya mengambil terjemahan dari Lembaga Alkitab Indonesia, namun terjemahan untuk kata lubet ab saya mengusulkan menjadi “kepala suku” bukan “pemimpin” hal ini dimaksudkan agar dapat membedakan antara Musa yang memimpin seluruh suku-suku Israel dengan kepala-kepala suku yang memimpin setiap suku.
[5] Sebagai sarana pertemuan yang kudus antara Allah dan umat, di mana Allah menyatakan kehendaknya atau yang melambangkan kehadiran Tuhan.
[6] Tempat menyimpan loh hukum (Taurat).
[7] Dr. J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: 2007), 58.
[8] Barnabas Ludji D.Th, Bahan Kuliah Kitab Taurat, (Cipanas: 2008), 5.
[9] Blommendaal, Ibid, 20.

No comments: